Jumat, 16 Januari 2015
Selasa, 13 Januari 2015
Pengertian klik disini
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN MICROSOFT PUBLISHER 2007
KEGUNAAN
MS. Publisher memilikikegunaan yang sangatbanyak, beberapadiantaranyauntukmembuat:
- Brosur
- Sertifikat
- Banner
- Brosur
- Bisnis Card
- Calendar
- Newsletters
- Resume (Curriculum Vitae)
- Website
KELEBIHAN
Secara garis besar, kelebihan MS. Publisher adalah sebagai berikut:
1. Memiliki template, sangat berguna untuk memudahkan user dalam membuat koran atau website.
2. Mudah, sangat mendukung apabila user menguasai bahasa Inggris Fitur yang lengkap, dapat menunjang desain.
3. Mudah di gunakan, karena semua type hasil publisher telah di pampangkan di bagian Publication Types. Sehingga user Cuma tinggal mengkreasikannya saja.
4. Memiliki template – template yang indah dan unik, sehingga memudahkan penggunaannya dalam menciptakan aneka macam karya desain dalamwaktu yang singkat.
5. Dapat menciptakan berbagai jenis hasil karya desain yang indah yang sangat di butuhkan dalam kehidupan sehari – hari. Sehingga, dengan kata lain, software ini dapat menghasilkan uang yang banyak.
6. Fitur – Fitur pada Microsoft Publisher 2007 ini lebih mudah di eksplorasidi bandingkan edisi sebelumnya.
KEKURANGAN
Secara garis besar, kekurangan MS. Publisher adalah sebagai berikut:
1. Hasil output jarang dijadikan acuan oleh Perusahaan Printing dan Internet.
2. Sinergi (Perpaduan) dengan program selain milik Microsoft terbatas.
3. Ukuran Kertas/Field terbatas, untuk desain Banner, batas ukurannya adalah 609,6 cm, atau 6 meter.
KELEMAHAN
1. Secara awam, keberadaan softwere ini di Indonesia belum setenar softwere desain grafis lainnya yang terdahulu, sehingga pengguna software ini hanya sebatas dari kalangan desainer.
2. Penggunaan software ini hanya sebatas untuk mendesain saja. Dengan kata lain, software ini tidak memiliki fungsi penggunaan yang multi ganda seperti yang dimiliki Microsoft Office Word 2007.
3. Sebagai sebuah software desain, software ini memiliki kekurangan yang sangat fatal. Yakni software ini tidak memiliki tools, seperti yang di milikicorel draw.
Bagian-bagian Microsoft Publisher
Menurut Oscar (2007), menjelaskan bahwa bagian-bagian yang terdapat di dalam interface program MS Publisher yaitu :
1. Office Button
Tombol Office digunakan untuk menampilkan menu-menu atau perintah yang berhubungan dengan dokumen, seperti: membuat dokumen baru, membuka dokumen, menyimpan dokumen, mencetak dokumen dan lain-lain.
2. Quick Acess Toolbar
Quick Acess Toolbar merupakan bagian yang berisi icon-icon yang digunnakan untuk mempercepat akses sebuah perintah.
3. Tab Menu
Bagian yang menunjukkan menu-menu yang berhubungan dengan perintah untuk mengolah dokumen.
4. Title Bar
Bagian yang menunujukkan nama dari sebuah dokumen. Terdapat pada bagian teratas jendela Microsoft Publisher.
5. Ribbon
Bagian yang berisi perintah-perintah dari sebuah menu. Setiap ribbon yang muncul berbeda-beda tergantung dari menu yang dipilih.
6. Format Publication
Bagian yang menampilkan beberapa pilihan pemformatan publisher, baik itu Page Option, Color Scheme, Font Scheme dan lain-lain.
7. Horizontal Scroll Bar
Bagian yang digunakan untuk menggeser layar ke bawah atau untuk menuju ke halaman selanjutnya.
Menurut Oscar tahun 2007 menjelaskan bahwa menu-menu program MS Publisher yang sering digunakan setelah kita memilih jenis publisher terdapat pada bagian Tab Menu.
HASIL OUTPUT
Secara garis besar, hasil output dari MS. Publisher adalah sebagai berikut:
1. Publisher Files (.pub)
2. Web Page (.html | .mht)
3. Word Files (Word 97 – Word 2007)
4. Graphics (.jpeg | .gif | .png | .tiff | .bmp | .emf |.wmf)
CARA MENGGUNAKAN MICROSOFT OFFICE PUBLISHER
- Pada bagian New Publication Pilih Web Sites and E-mail. Akan muncul berbagai macam template dari website.
- Pilih salah satu template.
- Muncul kotak dialog Easy We Site Builder
- Pilih checkbook pada halaman yang akan kita tampilkan. Tekan OK.
- Pada setiap halaman yang kita pilih diatas, akan dibuatkan menu pada bagian kiri website kita.
- Mulai edit website.
- Untuk mengedit Header, klik pada header kemudian ketikkan header baru.
- Ketikkan posting atau berita.
- Untuk memasukkan gambar melalui Insert | Picture | From File, kemudian browse pada gambar yang akan dimasukkan.
- Simpan website buatan kita dengan melalui menu File | Save As, ketikkan nama file, maka secara otomatis Ms. Publisher akan menyimpan dalam format .pub (format standar Ms. Publisher).
- Untuk melihat tampilan website kita, tekan menu File | Web Page Preview.
- Website hasil design kita akan ditampilkan melalui browser.
- Untuk menyimpan dalam format .html, tekan menu File | Publish to the Web.
Selasa, 06 Januari 2015
2. Bahan
Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak
dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.
Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.
Bahan
tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru
untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
b.
Biaya
untuk pengadaannya relatif sedikit
c.
Bahan
tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d.
Susunannya
menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e.
Bahan
tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f.
Bahan
ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti
menandai, mencatat, membuat sketsa
g.
Bahan
tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
h.
Pembaca
dapat mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara
lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.
Handout
Handout
adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Menurut kamus
Oxford hal 389, handout is prepared
statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh
pembicara.
Handout biasanya
diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang
diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout
dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari
internet, atau menyadur dari sebuah buku.
Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa
Indonesia. Handout biasanya merupakan
bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau
penjelasan dari guru. Steffen-Peter
Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari handout yaitu:
1.
Guna
membantu pendengar agar tidak perlu mencatat.
2.
Sebagai
pendamping penjelasan si penceramah/guru.
Sebuah handout harus memuat paling tidak:
1.
Menuntun
pembicara secara teratur dan jelas
2.
Berpusat
pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat.
3.
Grafik
dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat dengan mudah didapat.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout
disusun atas dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka handout harus diturunkan
dari kurikulum. Handout biasanya
merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam
belajar untuk mencapai kompetensinya.
Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan
analisis kurikulum
2.
Menentukan
judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai.
3.
Mengumpulkan
referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan
materi pokoknya.
4.
Menulis
handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu
panjang, untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya tidak lebih
dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7
kalimat saja.
5.
Mengevaluasi
hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih
dahulu untuk mendapatkan masukan.
6.
Memperbaiki
handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
7.
Gunakan
berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku,
majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
b.
Buku
Buku
adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya:
hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau
hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Menurut kamus oxford
hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed
or blank, fastened together in a cover.
Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid
dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil
analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang
ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan
secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku
juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi
akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang
menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya.
Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai bahan
ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum,
sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang
mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan,
definisi/ pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup
pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh
yang diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen
yang sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru
dalam menulis buku adalah sebagai berikut:
1.
Mempelajari
kurikulum dengan cara menganalisisnya
2.
Menentukan
judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya.
3.
Merancang
outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk
mencapai suatu kompetensi.
4.
Mengumpulkan
referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini
dan relevan dengan bahan kajiannya.
5.
Menulis
buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan
usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat
yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu
paragraf 3 – 7 kalimat.
6.
Mengevaluasi/mengedit
hasil tulisan dengan cara membaca ulang.
Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.
7.
Memperbaiki
tulisan
8.
Gunakan
berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis
dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
1)
Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
2)
Kompetensi
yang akan dicapai
3)
Content
atau isi materi
4)
Informasi
pendukung
5)
Latihan-latihan
6)
Petunjuk
kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
7)
Evaluasi
8)
Balikan
terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat
dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang
peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat
menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik
lainnya. Dengan demikian maka modul
harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara
sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang
fasilitator/guru. Dengan demikian maka
sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi
guru. Kalau guru memiliki fungsi
menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa
yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya.
1. Penulisan Bahan Ajar Modul
Dalam menulis bahan ajar khususnya modul terdapat
beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
a.
Analisis
SK dan KD
Analisis
dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan
ajar. Dalam menentukan materi dianalisis
dengan cara melihat inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi
yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki
oleh siswa (critical learning outcomes) itu seperti apa.
b.
Menentukan
judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi
pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai
judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya
kompetensi dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam
materi pokok mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat
dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari
4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2
judul modul.
c.
Pemberian
kode modul
Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan dalam
pengelolaan modul. Biasanya kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna,
misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS. (3) : Bahasa.
Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas
atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan IPA, nomor 1
digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya.
d.
Penulisan
Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Perumusan
KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi
kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil
menyelesaikan modul tersebut. KD yang tercantum dalam modul diambil dari
pedoman khusus kurikulum 2006 (KTSP). Apabila siswa tidak berhasil memiliki
tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD itu, maka KD pembelajaran dalam
modul itu harus dirumuskan kembali. Dalam hal ini barangkali bahan ajar yang
gagal, bukan siswa yang gagal. Kembali pada terminal behaviour, jika terminal
behaviour diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus dikerjakan untuk
mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.
2)
Menentukan
alat evaluasi/penilaian
Criterion items adalah sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai suatu KD dalam bentuk tingkah
laku. Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi,
dimana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat
evaluasi yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP)
atau Criterion Referenced Assesment.
Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang
akan dicapai sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan
benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.
3)
Penyusunan
Materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan
dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi
mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet,
majalah, jurnal hasil penelitian. Materi
modul tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul itu ditunjukkan
referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu.
Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa
tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya. Misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi
diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam
kelompok diskusi dan berapa lama.
4)
Urutan
pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk
menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi
tersebut dan petunjuk bagi siswa.
Petunjuk siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa,
sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu
banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.
5)
Struktur
bahan ajar/modul
Struktur modul dapat
bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan,
ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling tidak:
a.
Judul
b.
Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru)
c.
Kompetensi
yang akan dicapai
d.
Informasi
pendukung
e.
Latihan-latihan
f.
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja
(LK)
g.
Evaluasi/Penilaian
d.
Lembar Kegiatan Siswa
Lembar
kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas
yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan
dicapainya. Lembar kegiatan dapat
digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.
Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh
peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau
referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta
didik dapat berupa teoritis dan atau
tugas-tugas praktis. Tugas teoritis
misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk
dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis
dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang
harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi
guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar
secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus
memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD
dikuasai oleh peserta didik.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Analisis
kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan
materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan
materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari
materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta
kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis
dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat
diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
3) Menentukan judul-judul LKS
Judul
LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar
yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul
apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat
dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP)
mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai
satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu
dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.
4) Penulisan LKS
Penulisan
LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
a.
Perumusan
KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari
dokumen SI.
b.
Menentukan alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap
proses kerja dan hasil kerja peserta didik.
Karena pendekatan
pembelajar-an yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan
pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan
pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat
menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
c.
Penyusunan Materi
Materi LKS sangat
tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi
pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan
dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih
kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa
membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas
guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa
dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan
secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi
dan berapa lama.
d.
Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
-
Judul
-
Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa)
-
Kompetensi
yang akan dicapai
-
Informasi
pendukung
-
Tugas-tugas
dan langkah-langkah kerja
-
Penilaian
e.
Brosur
Brosur
adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat
tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi
lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan
demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian
brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur
dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan
praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya
memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam
sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu
masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas
beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi
keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus
besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur
paling tidak memuat antara lain:
1)
Judul
diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
2)
KD/materi
pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
3)
Informasi
pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian
kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat
kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu
paragraf 3 – 7 kalimat.
4)
Tugas-tugas
dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan
membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan
ditulis dalam kertas lain.
5)
Penilaian
dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6)
Gunakan
berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
f.
Leaflet
A separate sheet of printed
matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang
dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.
Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat
menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s
New World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis
berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet
didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar
juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai
satu atau lebih KD.
Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat
brosur, bedanya hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet
dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk
dua kolom kemudian dilipat.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses
atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi
tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan
tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan
pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Karena
didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai
bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok
yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan
bagaimana cara menggunakannya. Sebagai
contoh wallchart tentang
siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
Wallchart adalah bahan
cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan
posisi tertentu. Dalam
mempersiapkannya wallchart paling
tidak berisi tentang:
1)
Judul
diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
2)
Petunjuk
penggunaan wallchart, dimaksudkan
agar wallchart tidak terlalu banyak
tulisan.
3)
Informasi
pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan
atau siklus.
4)
Tugas-tugas
ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu
yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya
menugaskan siswa untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat
diberikan secara individu atau kelompok.
5)
Penilaian
dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6)
Gunakan
berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal
hasil penelitian.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar
memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai
bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai
melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang
pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann
dalam buku Lehren mit Bildmedien
menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada
membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari
mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus
dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara
menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki
kriteria sebagai berikut:
·
Gambar
harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data.
Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau
tidak ada yang dapat dipelajari.
·
Gambar
bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar
mengerti, tidak salah pengertian.
·
Lengkap,
rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari
sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang
berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.
Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Judul diturunkan dari KD atau materi
pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka judulnya dapat ditulis dibaliknya.
2)
Buat
desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard. Storyboard foto tidak akan sebanyak untuk
video/film.
3)
Informasi
pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis
dibalik foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto,
internet, buku. Agar foto enak dilihat
dan memuat cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling
tidak 20-R.
4)
Pengambilan
gambar dilakukan atas dasar stroryboard.
Agar hasilnya baik dikerjakan oleh orang
yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang
yang terampil menggambar.
5)
Editing
terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi
video/film.
6)
Agar
hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap
program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya.
7)
Foto/gambar
biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran
bahasa Inggris siswa diminta untuk menceritakan ulang secara oral
tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar
kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang
dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau
kelompok.
8)
Penilaian
dapat dilakukan terhadap penampilan siswa dalam menceritakan kembali
foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah
dilihatnya.
i.
Model/Maket
Model/maket yang didesain secara baik
akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan
meilhat benda aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan
lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi siswa
dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model.
Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang
dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala yang lebih
kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam
ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis
agar memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun siswa dalam belajar. Dalam
memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai
acuannya.
1)
Judul
diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar
kecilnya materi.
2)
Membuat
rancangan sebuah model yang akan dibuat baik substansinya maupun bahan yang
akan digunakan sebagai model.
3)
Informasi
pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena
tidak mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali
keterangan-keterangan singkat saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat
memperkaya informasi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
4)
Agar
hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang
yang memiliki keterampilan untuk membuatnya.
Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan
dan kemudahan dalam mencarinya.
5)
Tugas
dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas
dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas
menjelaskan secara tertulis tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi
jantung bagi kehidupan manusia. Tugas dapat
diberikan secara individu atau kelompok.
6)
Penilaian
dapat dilakukan terhadap jawaban lisan
atau tertulis dari pertanyaan yang diberikan.
3. Evaluasi dan Revisi
Setelah
selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi
terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik
evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat
ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan
apakah secara bertahap mulai dari one to
one, group, ataupun class.
Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
a). Komponen
kelayakan isi mencakup, antara lain:
1.
Kesesuaian
dengan SK, KD
2.
Kesesuaian
dengan perkembangan anak
3.
Kesesuaian
dengan kebutuhan bahan ajar
4.
Kebenaran
substansi materi pembelajaran
5.
Manfaat
untuk penambahan wawasan
6.
Kesesuaian
dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
b). Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
1.
Keterbacaan
2.
Kejelasan
informasi
3.
Kesesuaian
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4.
Pemanfaatan
bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
c). Komponen Penyajian antara lain mencakup:
1.
Kejelasan
tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2.
Urutan
sajian
3.
Pemberian
motivasi, daya tarik
4.
Interaksi
(pemberian stimulus dan respond)
5.
Kelengkapan
informasi
d). Komponen
Kegrafikan antara lain mencakup:
1.
Penggunaan
font; jenis dan ukuran
2.
Lay
out atau tata letak
3.
Ilustrasi,
gambar, foto
4.
Desain
tampilan
Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan
ke dalam format instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai
berikut:
A.
Rangkuman
Terdapat
sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yakni
antara lain ; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan
masalah belajar.
Pengembangan
bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam
belajar. Bahan ajar cetak adalah bahanajar yang bisa dicetak dalam kertas yang
terdiri dari buku, modul, LKS, hand out , foto/gambar, wallchart dan leaflet. Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan
prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut
adalah : mulai dari yang mudah
untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak, pengulangan akan memperkuat pemahaman, umpan balik
positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa, motivasi belajar
yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar, mencapai
tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai
ketinggian tertentu, mengetahui
hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.
Setelah selesai menulis bahan ajar,
selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar
tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah
baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa
dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji
coba kepada siswa secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan apakah
secara bertahap mulai dari one to one,
group, ataupun class. Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan,
sajian, dan
Langganan:
Postingan (Atom)